Kamis, 22 Juli 2021

sukristiawan.com:Pandemi Pendidikan Terbengkalai.

Pandemi Pendidikan Terbengkalai.

Oleh: Khusna Ummu Hubbi

Pandemi belum juga usai. Dampak wabah ini telah menggoreskan banyak peristiwa kisah-kisah pilu yang menyayat menyedihkan hati. Kasus wabah covid semakin meningkat tinggi memenuhi rumah-rumah sakit. Kabar berita duka kematian dari tetangga, keluarga, teman, saudara, karib kerabat, sahabat dekat, datang beruntun silih berganti. PPKM diperpanjang, sekolah masih ditutup dan belajar daring lagi. Sampai kapankah berakhirnya semua ini? Hanya Allah yang Maha Mengetahui. Tugas manusia berikhtiar dan bertawakkal serta mempersiapkan diri.

*Apakah pandemi ini membuat pendidikan terbengkalai?*

Pandemi ini tentu berdampak pendidikan menjadi terbengkalai, jika ditinjau dari satu sudut pandang yakni: target capaian prestasi akademis, nilai-nilai angka dan materi.

Namun jika saja kita tinjau dari hakikat dan tujuan pendidikan yaitu: membekali anak dengan iman dan taqwa, beradab dan berakhlaq mulia, maka tidak ada istilah pendidikan yang terbengkalai karena kondisi pandemi. Untuk itu bagaimana kita bisa berupaya memanfaatkan dan mengemas setiap peristiwa menjadi  pembelajaran yang berarti.

Dalam serangkaian peristiwa di masa pandemi, sesungguhnya anak-anak akan meraih pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga. Oleh karena itu sebagai orangtua dan pendidik, mesti pandai-pandai memaknai setiap moment peristiwa menjadi sebuah materi pelajaran yang disajikan secara apik dan menarik. Pembelajaran dari suatu peristiwa, kelak akan melekat kuat dalam benak anak-anak. Peristiwa dan pengalaman nyata ini besar pengaruhnya dalam jiwa sebagai proses pembentukan karakter kepribadian mereka.

Ketika orangtua atau guru jatuh sakit karena wabah ini dan membutuhkan istirahat atau bahkan isolasi cukup lama, bukan berarti pendidikan anak atau santri menjadi terbengkalai. Bahkan ketika orangtua dan guru ada yang wafat sebab wabah ini, tidak berarti pula pendidikan anak menjadi terhenti. Sungguh anak-anak bukannya tidak mendapat hasil pendidikan apa-apa dari musibah yang terjadi. Pendidikan akan terus eksis dalam kondisi apapun. Janganlah kita menjadi "pendidik yang mati gaya."

Sungguh dibalik serentetan kejadian demi kejadian di masa pandemi, anak-anak akan memperoleh pelajaran yang bermanfaat. Sebab ilmu pengetahuan tak sebatas dari apa yang disampaikan guru di sekolah dengan buku-bukunya, tetapi juga dari suatu peristiwa sebagai pengalaman belajar yang dapat memberikan makna (insight/informasi) yang terkandung di dalamnya.

Ketika ada sebagian guru, orangtua, ataupun santri jatuh sakit dan ada yang meninggal dunia, maka bagaimana seharusnya para pemimpin dan pendidik bisa mengajarkan kepada anak atau santrinya tentang adab dan akhlaq mulia yaitu untuk tetap menunaikan hak-hak muslim atas muslim lainnya. Pendidik bisa memberikan tauladan tentang rasa peduli dan empati terhadap sesama  sebagaimana yang Nabi shalallahu 'alaihi wassalam contohkan. Para pendidik juga dapat menjelaskan kepada anak dan memberi contoh mengenai adab-adab bermu'amalah     saat terjadi wabah ini. Jauhkan anak-anak dari berpikir negatif atau berprasangka buruk kepada sesama. Dengan demikian kita dapat memetik pelajaran dari apa yang telah terjadi. Dan masih banyak pelajaran yang bisa kita gali untuk diterapkan sebagai bentuk pendidikan di masa sulit pandemi.

Sementara ini sebagian orangtua ada yang merasa galau, gundah gulana mengeluhkan sekolah ditutup dengan belajar daring. Mereka merasa sekolah jadi percuma saja, pendidikan anaknya jadi terbengkalai. Namun sebagian orangtua ada yang menyadari dengan kondisi saat ini, menerima dengan lapang hati dan kooperatif (kerjasama) dalam mendampingi serta memperhatikan kegiatan belajar putra-putrinya.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keadaan dan kemampuan setiap orangtua berbeda dan bermacam-macam dalam memfasilitasi belajar anaknya, namun kita perlu memahami hakikat pendidikan yang sesungguhnya yakni;
1. Tujuan pendidikan; meningkatkan iman dan taqwa, selaras dengan tujuan hidup yaitu untuk beribadah kepada Allah ta'ala.
2. Tempat pendidikan yaitu: rumah, lingkungan dan sekolah. Rumah adalah tempat pendidikan pertama dan utama.
3. Tugas dan tanggung jawab utama pendidikan yaitu berada di pundak  Orangtuanya (Qur'an surat At Tahrim ayat 6).

Maka jika kita bisa memahami hal tersebut, insya Allah kita sebagai orangtua akan menyikapi semua ini dengan lebih bijaksana.

Disinilah jadi tampak pentingnya peran orangtua, peran AYAH sebagai penanggung jawab pendidikan anaknya. Dan peran IBU sebagai MADRASAH ULA bagi anak-anaknya di rumah. Jadi hakikat mendidik anak adalah TUGAS & KEWAJIBAN ORANGTUA sedangkan sekolah dan guru sejatinya hanyalah sebagai SARANA /FASILITATOR pendidikan yang membantu orangtua. Untuk itu posisi orangtua sebagai AYAH dan IBU masing-masing harus berperan sebagaimana mestinya dan tetap saling bekerjasama dan meringankan, agar pendidikan putra-putrinya dapat berlangsung dengan baik.

Untuk situasi darurat seperti wabah covid saat ini, maka orangtua dituntut bisa mendidik dan ikut serta mengajari anak-anaknya baik ilmu agama maupun ilmu dunia. Jika kegiatan sekolah terpaksa tutup dan belajar daring, hendaknya orangtua bisa mendampingi anak-anaknya dan menyemangatinya, agar fitrah belajar tetap tumbuh dengan baik. Dalam kondisi seperti ini, tidak selayaknya orangtua banyak mengeluh, marah-marah sendiri, terlebih-lebih menggembosi di depan anak-anak yang itu semua tidak mendatangkan solusi, tapi justru akan memunculkan masalah baru bagi psikis anak-anak nanti.

Sebagai orangtua kita juga *"harus sadar belajar"* agar bisa mendidik dan mengajari anak-anaknya dengan lebih baik. Tak ada istilah tua atau pensiun untuk menuntut ilmu, karena batas menuntut ilmu adalah kematian. Dan zaman ini, sungguh lebih mudah bagi kita mendapat akses ilmu di berbagai media internet yang harus kita syukuri dengan memanfaatkan sebaik-baiknya.

*Banyak hikmah dan pelajaran berharga yang bisa kita petik dari musibah pandemi.*

Pandemi melatih jiwa untuk ikhtiar dan tawakkal.
Pandemi melatih jiwa untuk bersyukur dan bersabar.
Pandemi melatih jiwa untuk qona'ah dengan merasa cukup.
Pandemi dapat melembutkan hati yang menggerakkan untuk banyak bertaubat dan memperbaiki diri.
Pandemi menumbuhkan perasaan peduli dan empati.

Pandemi menyadarkan kita akan arti sebuah rumah, keluarga dan persaudaraan.
Pandemi menyadarkan kita akan pentingnya kebersihan dan kesehatan.
Pandemi menyadarkan kita untuk menghargai nikmat ilahi yang berada di alam ini.
Pandemi melatih manusia untuk lebih tangguh dan kreatif.

Dan masih banyak lagi pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa pandemi baik dari aspek ilmu agama (diniyyah) ataupun ilmu pengetahuan umum, ilmu sains, sosial dan sebagainya.

Sungguh pandemi ini merupakan ujian nyata bagi kita, namun apapun yang menimpa seorang mukmin itu bernilai baik, jika tepat dalam menyikapinya. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda;

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

_“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya seluruh urusannya itu (bernilai) baik, dan hal itu tidak diperoleh kecuali oleh orang mukmin. Apabila dia mendapatkan nikmat dia bersyukur dan itu lebih baik baginya. Dan apabila dia mendapatkan musibah dia bersabar dan itu lebih baik baginya.”_ (HR. Muslim, no. 5318)

Oleh karena itu kewajiban kita sebagai orang mukmin atas musibah pandemi ini bersabar dan berprasangka baik kepada Allah Azza wa Jalla.

Imam Ibnul Qayyim berkata:

مهما طال البلاء فسوف يزول, جعل الله الشداىٔد والالام والشرور في هذه الدنيا, بتراء لا دوام لها .
مختصر الصوا عق المرسلة (٢٦٨)

_"Bagaimanapun lamanya musibah maka akan berlalu,_
_Allah menjadikan kepayahan, kesakitan, dan keburukan di dunia ini, pasti akan berhenti dan tidak ada musibah yang akan bertahan selamanya."_

Semoga Allah ta'ala memberikan sikap yang tepat (sesuai syar'i) kepada kita semua dalam menghadapi musibah yang berkepanjangan ini. Dan semoga dengan sikap yang tepat Allah segera  mengangkat musibah yang melanda ini.
Aamiin Yaa... Mujiibassaailiin.

Wallahu a'lam.
#sukristiawan.com#


Minggu, 18 Juli 2021

sukristiawan. com:Siti Fadilah Ungkap Penyebab Pasien COVID Banyak yang Meninggal

Siti Fadilah Ungkap Penyebab Pasien COVID Banyak yang Meninggal


2021/07/14 13:38

DEPOK- Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari kembali menyinggung soal merebaknya kasus COVID-19 di Tanah Air. Kali ini ia membahas tentang penyebab banyaknya pasien yang meninggal akibat ganasnya virus tersebut.

*Menurut Siti Fadilah, sebagian besar warga Indonesia kekuragan vitamin D3 dalam darahnya. Fenomena ini cukup dikenal akrab di dunia kedokteran.*

Kata Siti Fadilah, umumnya nilai normal vitamin D dalam darah manusia berkisar 30-100 ng/mL. Tetapi kebanyakan orang Indonesia, di bawahnya. Bahkan tak sedikit yang berada di bawah 20.

Jika sudah demikian, akan sangat berbahaya untuk imunitas, termasuk akan mudah mengalami perburukan kalau terkena COVID.

Hal itu pula yang menjadi alasan mengapa pasien covid bisa meninggal, salah satunya karena kandungan D3 dalam darah rendah.

“Vitamin D3 itu penting dan tak boleh kurang dalam darah, kalau kurang kita akan gampang kena. Kalau saya menganjurkan kandungannya 40, normalnya kan angkanya 30-100. Sebab kalau kurang dari 20, kalau kena covid biasanya meninggal,” katanya dilansir dari Hops.id jaringan DepokToday.com pada Rabu 14 Juli 2021.

*“Kalau lebih dari 20 dia akan tetap hidup, dan lebih dari 30 dia akan OTG. Maka lebih baik lebih dari 40 aman,” timpalnya lagi.

*Vitamin D3 sendiri sebenarnya terbentuk secara alami ketika kulit terkena sinar matahari langsung.

*Selain itu, vitamin D3 juga dapat dijumpai pada makanan yang berasal dari hewan, seperti ikan laut, seperti salmon, tuna, dan tongkol.

Kemudian ada pula dari kandungan *minyak ikan dan minyak hati ikan kod, telur, susu dan olahannya seperti keju dan yoghurt, hati sapi, sereal atau jus buah yang diperkaya vitamin D3.

Penyebab Orang RI Mudah Kena COVID Versi Siti Fadilah
Sebenarnya ada banyak faktor yang dijelaskan Siti Fadilah soal penyebab dan alasan orang bisa terpapar COVID. Namun salah satu yang jadi perhatiannya adalah soal kandungan vitamin D3 dalam darah manusia.

*Soal berjemur, ini dia fenomenanya.* Di Indonesia, negeri yang bermandikan matahari, Siti Fadilah mengaku geleng-geleng dengan masyarakatnya. Betapa tidak, orang Indonesia dikenal malas berjemur langsung.
*Alasannya sepele, takut hitam.

*Padahal matahari punya manfaat besar pada tubuh, termasuk menguatkan kandungan vitamin D pada tubuh.

“Ini dia, banyak orang takut hitam. Keluar rumah sudah masuk mobil, langsung masuk kantor lagi. Di kantor langsung kena AC. Itulah, kecenderungan orang Indonesia takut matahari, makanya kandungan vitamin D3-nya rendah-rendah, dan ini bisa mudah dimasuki virus,” katanya.

semoga bermanfaat
#sukristiawwn.com#


Jumat, 09 Juli 2021

sukristiawan. com:AKHIRNYA KORBAN VAKSIN PADA BERJATUHAN

AKHIRNYA KORBAN VAKSIN PADA BERJATUHAN

(Pemerintah Terlihat Lepas Tangan Tidak Bertanggung Jawab..)

*DAMPAK VAKSIN* telah banyak memakan korban..
Masalahnya siapa yang paling bertanggung jawab dan yang berani menjamin VAKSIN aman?

VAKSIN telah banyak membawa korban berjatuhan dengan kelumpuhan dan kematian siapa yang akan bertanggung jawab?

Pemerintah dalam hal ini presiden lah orang yang paling bertanggung jawab atas kematian terhadap ratusan orang terkapar setelah di vaksin.

Karena presiden lah sebagai orang nomer satu pucuk pimpinan komando tertinggi yang memerintahkan, MEWAJIBKAN program VAKSIN kepada seluruh rakyat Indonesia.

Presiden HARUS bertanggung jawab dan menjamin kehidupan keluarganya atas kasus kewajiban vaksinasi masal kepada seluruh rakyat bila terjadi kelumpuhan dan kematian akibat vaksin yang diberikan dan jangan berlepas diri !

Vaksin itu BAIK ! Tapi masalahnya bila sel darah dan tubuh seseorang tidak dapat merespon masuknya vaksin dalam tubuh berakibat sebaliknya fatal.

VAKSIN adalah bibit virus yang menggunakan _whole body_ dari virus yang di _inactivated_ / di edit atau dilemahkan virusnya kemudian di suntikan harapannya adalah tubuh akan merespon seperti di inveksi virus yang masuk secara alami.

Masalahnya bila darah  _leukosit_ (Sel darah putih) yang ada dalam tubuh tidak dapat "welcome" atau merespon Vaksin yang masuk ke dalam tubuh akan beresiko penggumpalan darah dan penyumbatan pembuluh darah.

_Leukosit_ (Sel darah putih) adalah Sel darah putih ini berfungsi untuk menciptakan imun dan membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh (antibodi).

Akibatnya seorang bisa mengalami kelumpuhan atau kematian. Indikasinya sesak pernafasan, nafas tersengal-sengal, dada dan tenggorokan seperti terbakar.

Maka efek dari vaksin yang tidak direspon oleh darah dalam skala waktu 1 hari sd 1 minggu, 1 bulan sd 3 bulan dan 1 sd 3 tahun kedepan pasti akan memukul badan.

VAKSIN tidak menjamin tubuh seseorang sudah memiliki antibodi anti virus.  Dengan vaksin seseorang telah diberi kekebalan antibodi dari segala virus penyakit, ini TIDAK BENAR !

Karena banyak kasus yang sudah melakukan protokes berlapis-lapis secara super ketat tetap saja bisa dinyatakan (positif). Vaksin bukan solusi dan jaminan seseorang yakin tidak akan terinfeksi virus.

Karena hakekat Vaksin adalah pemberian virus yang sudah di _inactivated_ / di edit atau dilemahkan virusnya. Jadi wajar jika ada banyak kasus sudah di vaksin berkali-kali tetap saja positif, lumpuh atau meninggal.

Tiada ada satupun negara di bumi ini, boleh melakukan program penyuntikan Vaksinasi, dalam situasi emergency sekalipun, dengan paksaan ancaman hukuman dll pada rakyatnya. Sejak WHO berdiri tahun 1958, Vaksinasi itu Program
Sukarela, bukan program Mandatory (bukan program yang dipaksakan / wajib).

Tugas Pemerintah memberikan edukasi yang baik dan benar tentang kesehatan serta memberikan pemahaman terbaik tentang vaksin
bukan memberikan ANCAMAN apalagi HUKUMAN pada rakyatnya.

Alam sebenarnya telah memberikan rambu-rambu kepada manusia. Yaitu dengan _Nature Health Imunnity_ (Imunitas Kesehatan Alami) sebagai vaksin alami yang jauh kebih hebat dari vaksin buatan manusia.

Artinya ketika seseorang yang pernah terinfeksi atau terpapar sakit dan sembuh maka otomatis tubuh kita secara alami sudah memiliki antibodi sendiri dan jauh lebih hebat daripada *VAKSIN* itu sendiri.
_(KKI)_


sukristiawan.com:Tolak Perppu Ciptaker, Buruh Ancam Gelar Aksi Besar

Tolak Perppu Ciptaker, Buruh Ancam Gelar Aksi Besar Azhar Ferdian Senin, 02/01/2023 | 00:01 WIB Ilustrasi/Net INDOPOLITIKA.COM  – Partai Bur...