POLITIK EKONOMI SOSIAL BUDAYA MILITER BUDAYA KESEHATAN SEJARAH OLAHRAGA BISNIS TEKNOLOGI PARIWISATA HUKUM AGAMA EDUKASI SASTRA NASIONAL INTERNASIONAL
Rabu, 13 Mei 2015
sukristiawan.com:Serikat buruh partai klas buruh dan perjuangan politik
Serikat Buruh, Partai Klas
Buruh dan Perjuangan Politik
Nov 16th, 2013 · 0 Comment
Kapitalisme: Klas-klas dan Pertentangan
Klas
Upah murah, ketidakpastian kerja (lewat
sistem kontrak dan outsourcing serta PHK),
dan ketiadaan jaminan sosial kerja
merupakan masalah yang tiap harinya
bersentuhan dengan buruh Indonesia.
Masalah ini berhubungan erat dengan
masalah-masalah lain yang ada pada rakyat
mayoritas. Seluruh rakyat berhadapan dengan
kebutuhan hidup yang tinggi, ketiadaan
lapangan pekerjaan, mahalnya biaya
kesehatan dan pendidikan, dll, yang semakin
menyebabkan buruh maupun rakyat
mayoritas sulit untuk hidup sejahtera, apalagi
untuk mengembangkan aspek-aspek
kemanusiaannya (belajar,
berkesenian,bersosial) sebagai manusia.
Pada saat yang sama, ada sebagiankecil
masyarakat yang hidup mewah,
berkecukupan, bahkan tidak perlu
mengeluarkan keringat setetes pun, uang
terus mengalir ke brankas mereka. Mereka
adalah para pemilik perusahaan/pemilik
modal, dimana perusahaannya sendiri
seringkali bahkan bukan dijalankan oleh
dirinya, melainkan oleh para direktur dan
manajer yang diupah tinggi. Mereka juga
menguasai bank-bank, pertambangan,
industri (pabrik dan jasa), menguasai industri
media (TV dan Koran), dan menguasai
seluruh barang-barang konsumsi dan
kebutuhan hidup sosial manusia lainnya.
Penggolongan masyarakat tersebut (golongan
mayoritas: rakyat bekerja keras-hidup sulit &
golongan minoritas: para pemilik modal, tidak
bekerja-hidup mewah, dan menguasai serta
mengatur kehidupan masyarakat) merupakan
hasil dari pembagian masyarakat dalam
sistem ekonomi kapitalisme. Kapitalisme,
sebuah sistem ekonomi dimana kapital
(modal, kekayaan) dan pemiliknya menjadi
“Tuhan-Tuhan” baru yang diciptakan dan
menjadi penguasa dunia saat ini. Seluruh
kebutuhan sosial manusia/masyarakat
(makan, pakaian, rumah, sekolah, kesehatan,
transportasi, kesenian, bahkan agama, dsb)
diubah menjadi barang dagangan dan
dikuasai oleh para pemilik modal. Yang tidak
mampu membeli tidak bisa mendapatkannya.
Bahkan seluruh nilai-nilai luhur budaya
(solidaritas, saling berbagi, tolong menolong
dan sebagainya) dihancurkan dan digantikan
dengan nilai-nilai baru yang semuanya diukur
dengan uang, harta dan kekayaan (menjadi
barang dagangan yang harus dibeli). Jadi
pembagian klas yang terjadi di masyarakat
bukanlah karena nasib yang ‘memang begitu
adanya’, bukan juga karena dunia sudah
dibagi menjadi dua klas sebagaimana adanya
siang-malam, baik-buruk, kaya-miskin, dst,
melainkan terbentuk dari sistem ekonomi
yang dijalankan.
Sistem ekonomi-politik kapitalisme
dilahirkan, dibentuk, dan lalu dipertahankan
oleh pihak-pihak yang diuntungkan oleh
sistem itu, yaitu para pemilik kapital/modal.
Sebagai contoh para pengusaha/pemilik
modal yang bersikeras mempertahankan
sistem kerja kontrak dan outsourcing atau
menolak upah layak. Ini bukan karena
mereka tidak tahu kalau buruh tidak
sejahtera, tapi karena hanya dengan cara
seperti inilah mereka dapat menumpuk
keuntungannya dan pada akhirnya dapat
mempertahankan sistem kekuasaan modal ini
berjalan.
Di sisi lain klas buruh berkepentingan untuk
mendapatkan kesejahteraan. Kepentingan ini
jelas bertentangan dengan kepentingan para
pemilik modal. Perbedaan kepentingan
(antara buruh dan pengusaha) ini merupakan
gambaran paling sederhana dan paling jelas
bagaimana dalam suatu masyarakat terdapat
golongan-golongan yang saling bertentangan
kepentingannya, baik secara ekonomi,
maupun secara politik. Penggolongan
masyarakat dalam ekonomi-politik inilah
yang disebut sebagai“klas-klas”. Dimana
dalam sistem ekonomi kapitalisme, alat-alat
produksi (pabrik, tanah, teknologi dll), yang
dibutuhkan untuk menghasilkan barang-
barang kebutuhan sosial masyarakat justru
dikuasai oleh pribadi-pribadi, atau segelintir
orang dan bukan menjadi milik sosial
(Negara rakyat).
Lebih hebatnya lagi, para pemilik modal ini
kemudian juga aktif dalam politik, mendirikan
partai politik nya ataupun menjadi penyokong
utama partai-partai politik ini. Akhir dari
semua aktivitas politik ini berikutnya mereka
pun dapat menguasai parlemen(DPR/DPRD),
dan menguasai pemerintahan. Dengan
menguasai pemerintahan dan parlemen, maka
seluruh kebijakan yang dihasilkan oleh
pemerintah dan parlemen (DPR/DPRD) dapat
dipastikan merupakan cermin dari
kepentingan dari para pemilik modal ini.
Ditambah lagi, agar sukses dijalankannya
kebijakan ini, perangkat-perangkat dukungan
pun dipersiapkan: dari mulai kampanye palsu
(alasan kenapa kebijakan tersebut yang
diambil), hingga perangkat kekerasan negara
(polisi, tentara, pengadilan dan penjara).
Sederhananya, negara pun akhirnya dikuasai
oleh mereka.
Perjuangan Klas, Bentuk Perjuangan dan
Organisasinya
Bagi kita yang sudah pernah dan terbiasa
berjuang menuntut kesejahteraan di sebuah
perusahaan, atau di berbagai aksi kawasan
atau aksi mogok nasional sudah biasa pula
bagi kita melihat keberpihakan negara
(pemerintah, aparat, pengadilan, dll) terhadap
klas pengusaha/pemilik modal, sebagaimana
penjelasan diatas. Tetapi pernyataan ini
bukanlah berarti bahwa mayoritas klas buruh
sudah memahami bahwa perjuangan klas
buruh juga harus melakukan perjuangan
untuk merebut kekuasaan negara yang
dikuasai oleh klas pemilik modal.
Gerakan kaum buruh yang dipimpin oleh
serikat buruh, biasanya hanya menekankan
tentang perjuangan ekonomi, yaitu
perjuangan yang hanya menuntut sebagian
isu atau sebagian tuntutan klas buruh.
Mayoritas klas buruh pun masih belum
paham bahwa akar dari penindasan yang
dialaminya saat ini akarnya bersumber dari
sistem ekonomi kapitalisme yang dijalankan.
Untuk memahami ini, kita harus memahami
soal-soal ekonomi politik, dan sejarah
perjuangan klas.
Bahwa dalam setiap masyarakat ber-klas,
seperti halnya dalam masyarakat kapitalisme,
pertentangan klas adalah sesuatu yang tak
dapat dihindari. Sejak kapitalisme lahir (lebih
dari 300 tahun lalu) pertentangan antara
buruh dan pengusaha telah dimulai. Dari
perlawanan sendiri-sendiri, hingga akhirnya
membangun perlawanan bersama dalam
sebuah organisasi sekerja yang dikenal
dengan nama serikat buruh. Biasanya
penindasan di tempat kerja dan “perjuangan
ekonomi” di tempat kerja (perbaikan
upah,kondisi kerja, dll) yang dilakukan oleh
buruh di masing-masing perusahaan menjadi
motor penggerak lahirnya sebuah serikat
buruh di masing-masing perusahaaan.
Kesadaran bahwa semakin bersatu buruh
akan menjadi lebih kuat, dan adanya
kesadaran sebagai sesama klas buruh,
mendorong terbangunnya persatuan-
persatuan sesama buruh. Ini mendorong
terbentuknya penyatuan serikat-serikat buruh
sektoral (sering dikenal dengan federasi), atau
persatuan serikat buruh lokal/teritorial, atau
gabugannya menjadi konfederasi serikat
buruh. Bahkan persatuannya terjadi hingga
antar negara (federasi/konfederasi
internasional).
Sementara klas-klas tertindas lainnya: kaum
tani, pedagang kecil, nelayan dan rakyat
miskin lainnya, juga menghadapi penindasan
yang sama seperti yang dialami klas buruh.
Seperti halnya klas buruh, klas-klas ini pun
berjuang hanya memperjuangkan kepentingan
kaumnya. Misalnya kaum tani berjuang untuk
merebut tanah yang dirampas negara
(misalnya perhutani) atau oleh pemilik-
pemilik modal (pengusaha tambang, hutan,
perkebunan dsb), nelayan yang menuntut
subsidi BBM, pedagang kecil yang menolak
penggusuran atau perjuangan rakyat miskin
lain dalam aksi-aksi menuntut hak-hak
ekonomi sesuai dengan masing-masing
kepentingan ekonomi kelompoknya. Masing-
masing kelompok klas tertindas ini
membangun organisasi perjuangannya
masing-masing: serikat tani, nelayan,
pedagang kaki lima, rakyat korban
penggusuran dan lainnya.
Perjuangan ekonomi, perjuangan menuntut
kesejahteraan sejatinya tidaklah akan pernah
tercapai selama akar dari penindasan itu
sendiri yaitu sistem ekonomi kapitalisme
tidak dihapuskan. Sederhananya, kita dapat
saksikan bagaimana perjuangan menuntut
upah minimum yang layak setiap tahunnya
terus terjadi. Karena kenaikan upah sebesar
apapun akan diiringi dengan kenaikan harga
dan munculnya kebutuhan-kebutuhan sosial
lainnya, sesuai dengan tuntutan
perkembangan masyarakat. Kenaikan upah
menjadi tidak ada artinya dibandingkan
dengan kenaikan harga dan kebutuhan sosial
lainnya. Demikianlah sistem kapitalisme
berjalan, ia akan menyesuaikan diri atas
kenaikan upah yang terjadi pada buruh.
Kesejahteraan dan keadilan bagi buruh dan
rakyat banyak tidak akan dapat tercipta dalam
sistem ekonomi kapitalisme.
Oleh karena itu, perjuangan ekonomi atau
perjuangan menuntut kesejahteraan yang
telah dilakukan oleh gerakan serikat buruh
haruslah dikembangkan dan menjadi sebuah
perjuangan politik. Yaitu perjuangan untuk
melancarkan perebutan kekuasaan politik:
pemerintahan, parlemen, dan akhirnya
perebutan siapa yang menguasai negara.
Menggantikan penguasa negara yang
sebelumnya dikuasai oleh klas pemilik modal,
dengan DIRINYA SENDIRI (klas buruh dan
rakyat mayoritas lainnya). Dititik inilah
sebenarnya kaum buruh (dan rakyat pekerja
lainnya) mulai membuat perhitungan sejati
dengan klas penindasnya selama ini.
Dengan dikuasainya negara oleh buruh dan
rakyat pekerja, maka berbagai kebijakan yang
dihasilkan akan berkebalikan dengan situasi
saat ini. Sederhananya saja, ketika negara
dikuasai oleh buruh maka upah buruh akan
dinaikkan, tidak boleh ada PHK, jam kerja
dikurangi tanpa pengurangan upah sehingga
semua orang mendapatkan pekerjaan, sistem
kerja kontrak dan outsourcing akan
dihapuskan, seluruh kebutuhan-kebutuhan
sosial (pendidikan sampai perguruan tinggi,
pensiun, kesehatan: baik pencegahan
maupun pengobatan, perumahan, perawatan
anak, taman bacaan, internet dan sebagainya)
yang semula menjadi barang dagangan
(harus dibeli) dirubah menjadi hak yang
harus dapat dinikmati oleh semua orang
tanpa mengeluarkan uang sepeserpun.
Seluruh sumber-sumber kekayaan alam
(migas, tambang, hasil hutan dan laut) dan
sektor vital untuk rakyat banyak akan menjadi
milik negara rakyat pekerja. Pengusaha yang
menolak dan melakukan perlawanan
seperti lock-out misalnya, bukan saja
berhadapan dengan negara melainkan akan
berhadapan dengan rakyat. Kaum buruh
pastinya, akan siap menjalankan perusahaan-
perusahaan yang tidak mau dijalankan
pemilik modal. Akhirnya sistem ekonomi pun
secara bertahap diubah menjadi sistem
ekonomi yang lebih berkeadilan sosial,
berpihak ke rakyat banyak dan bukan ke
segelintir orang. Sistem ini sering disebut
dengan sistem sosialisme, (yang sebenarnya
jika membaca sejarah perjuangan
kemerdekaan dankonstitusi UUD 45 kita,
sistem inilah yang menjadi cita-cita
kemerdekaan: mensejahterahkan kehidupan
rakyat, dan membangun keadilan sosial bagi
seluruh rakyat). Semua hal yang
digambarkan diatas sebenarnya sering
digaungkan dengan slogan/yel-yel; “ BURUH
BERKUASA, RAKYAT SEJAHTERA! ”
Serikat Buruh
Serikat buruh merupakan bentuk organisasi
klas buruh pertama dansaat ini merupakan
organisasi terbesar tempat berhimpunnya
klas buruh secara luas dibandingkan bentuk
organisasi buruh lainnya. Sehingga tidak
dapat terelakkan bahwa perjuangan politik
klas harus juga dimulai dan dibangun dari
sini. Melalui serikat buruh inilah, massa klas
buruh dihimpun guna melakukan
melancarkan perjuangan ekonomi sehari-hari
(kenaikan upah, penghapusan outsourcing
dan sistem kerja kontrak dan sebagainya)
atau perjuangan untuk isu-isu tertentu.
Perjuangan ekonomi sebagai bentuk awal
perjuangan klas buruh merupakan latihan
perjuangan dari seluruh massa klas buruh.
Kemenangan-kemenangan kecil (dipenuhinya
tuntutan) dan juga kekalahan-kekalahan yang
akan terjadi terus menerus, akan menjadi
pelajaran penting dan proses pertumbuhan
kesadaran politik klas buruh. Kemenangan
utama dari perjuangan klas buruh terletak
pada semakin bersatunya massa klas buruh
sebagai sebuah klas dan meningkatnya
kesadaran perjuangan klas buruh dari
perjuangan ekonomi menjadi perjuangan
politik klas buruh.
Perjuangan ekonomi yang dilakukan kaum
buruh dan dilancarkan oleh gerakan serikat
buruh tidak akan serta merta dapat
memunculkan “kesadaran politik klas” yaitu
kesadaran perjuangan untuk merebut
kekuasaan politik dari tangan klas berkuasa
dan menghapuskan sistem ekonomi yang
menindas yaitu kapitalisme sebagai akar dari
penindasan yang dialami klas buruh dan klas
terhisap lainnya. Walaupun demikian,
perjuangan ekonomi yang dilakukan gerakan
serikat buruh pun sebenarnya juga
bersentuhan dengan “politik”. Misalnya dalam
aksi menuntut upah layak, penghapusan
sistem kontrak dan outsoursing, jaminan
sosial, pendidikan dan kesehatan gratis dan
sebagainya. Sebagaimana dijelaskan
diatas,dalam aksi perjuangan semacam ini,
klas buruh melihat bagaimana pemerintah,
parlemen (DPR/DPRD), dan partai politik yang
ada terlihat berpihak kepada klas pemilik
modal/pengusaha dibandingkan kepentingan
klas buruh. Oleh karenanya, sebenarnya
dalam perjuangan buruh yang luas (bukan
perjuangan di tingkat perusahaan) yang
dilakukan oleh gerakan serikat buruh, juga
menghasilkan “BENIH-BENIH” kesadaran
politik dan BENIH-BENIH kesadaran
perlawanan terhadap sistem ekonomi
kapitalsime. Tetapi BENIH tetaplah BENIH
yang perlu dirawat, dijaga dan ditumbuhkan
menjadi buah. Mengembangkan “Benih-Benih
Kesadaran Politik” ini tidak bisa hanya
dilakukan oleh gerakan serikat buruh sendiri,
melainkan butuh sebuah partai politik klas.
Sederhananya, serikat buruh adalah sekolah
awal bagi perjuangan massa klas buruh untuk
bisa mengerti mengapa perjuangan politik
dan membangun sebuah partai politik klas
harus dilakukan.
Perjuangan untuk merebut kekuasaan negara
dan menghapuskan penindasan sistem
ekonomi, merupakan sebuah perjuangan yang
tidak lagi sekedar menuntut atau sekedar
meminta belas kasih penguasa dan
pengusaha melainkan mengambil hak
kekuasaan rakyat (klas buruh dan klas
tertindas lainnya) dari tangan klas bermilik
saat ini (kelas pemodal/pengusaha).
Perjuangan yang memiliki cita-cita demikian,
disebut sebagai sebuah perjuangan politik.
Untuk membangun sebuah perjuangan politik,
dengan cita-cita mengangkat klas buruh dan
klas tertindas lainnya menjadi penguasa
(secara politik dan ekonomi berikutnya –
menguasai negara – menjadi pemerintah),
tidak cukup hanya menggunakan organisasi
serikat buruh. Dibutuhkan bentuk organisasi
lain diluar serikat buruh yaitu yang biasa
dikenal sebagai partai politik klas. Perjuangan
politik adalah bentuk perjuangan tertinggi dari
perjuangan klas.
Partai Politik Klas
Berbeda dengan serikat buruh, partai politik
klas, biasanya anggotanya adalah para
pejuang-pejuang buruh dan pejuang rakyat
lainnya yang sudah memiliki pengalaman
perjuangan sebelumnya di serikat buruh atau
serikat rakyat dan memiliki “kesadaran
politik” (memiliki pengetahuan tentang sistem
ekonomi kapitalisme, hakekat dan tujuan serta
strategi-strategi perjuangan). Sementara
serikat buruh/serikat rakyat adalah organisasi
massa (organisasi sekerja), dimana kesadaran
dan keaktifan anggotanya sangatlah
bermacam-macam. Siapa saja yang mau
membayar iuran serikat pada dasarnya dapat
menjadi anggota serikat buruh.
Pastinya partai klas buruh berbeda dengan
partai-partai politik yang saat ini ada di
parlemen atau partai politik yang baru
muncul yang akan ikut dalam pemilu 2014
nantinya. Seluruh partai politik ini tidak
memiliki kepentingan berbeda satu sama
lain. Karena bila dicek seluruh partai yang
ada dibangun/didirikan, atau setidaknya
disokong kuat dan dikuasai oleh para pemilik
modal. Sehingga kepentingan mereka pun
pada dasarnya tidak berbeda antara satu
partai dengan partai lain, mewakili
kepentingan segelintirorang/minoritas yaitu
kelompok berpunya (pemilik modal). Kalau
pun ada bedanya, bukanlah soal yang
mendasar, yaitu penolakan terhadap sistem
ekonomi kapitalisme yang menindas rakyat
(walaupun bisa saja ada anggotanya yang
anti kapitalisme dan pro terhadap gerakan
dan perjuangan buruh). Pertentangan diantara
partai-partai ini lebih didasarkan karena
mereka ingin kelompok merekalah yang
menang pemilu, menang di parlemen (DPR/
DPRD), menang di pemilihan presiden dan
menguasai pemerintahan. Sehingga nantinya,
kelompok mereka lah yang akan menikmati
hasilnya (menumpuk kekayaan dan modal).
Sementara kaum buruh dan mayoritas rakyat
tidak mengalami perubahan apa-apa.
Sementara partai klas buruh, kepentingan
sejatinya tidak memiliki kepentingan berbeda
dengan kepentingan sejati klas buruh dan
mayoritas rakyat. Kepentingan sejati klas
buruh dan mayoritas rakyat (terlepas apakah
buruh dan mayoritas rakyat sudah sadar atau
belum) adalah menghapuskan penindasan
yang dialaminya, dimana akarnya justru ada
pada sistem ekonomi kapitalisme (sistem
ekonomi setan uang dalam bahasa jaman
pergerakan kemerdekaan). Perjuangan tahap
pertama yang harus dilalui adalah merebut
kekuasaan negara dari kekuasaan klas
berkuasa saat ini (klas pemilik modal). Inilah
tahapan untuk menghapuskan penindasan
dan ketidakadilan di masyarakat. Lewat
negara yang dikuasai inilah, secara pasti
perubahan sistem ekonomi dilakukan,
menjadi ekonomi yang berkeadilan bagi
rakyat banyak. Jika pergantian kekuasaan
sebelumnya (dariSoeharto- SBY), selalu
kelompok minoritas lah yang menguasai
negara, maka partai klas buruh bercita-cita
menaikkan kaum mayoritas: kaum buruh dan
rakyat jelata menjadi penguasa negeri.
Bentuk-bentuk perjuangan politik dari klas
buruh bisa bermacam-macam: dari mulai
demonstrasi massa dan pemogokan politik
(merubah kebijakan pemerintah, termasuk
kebijakan ekonomi), membentuk partai politik,
ikut pemilu dan menempatkan pejuang-
pejuangnya di parlemen secara damai, hingga
perjuangan jalanan menumbangkan
kekuasaan. Sekali lagi yang harus diingat,
perjuangan ekonomi dan perjuangan politik
harus dilakukan beriringan. Oleh karenanya,
partai politik klas buruh haruslah memiliki
hubungan yang erat dengan serikat-serikat
buruh–baik yang progresif (merah) atau yang
radikal reformis, bahkan dengan serikat-
serikat buruh yang menjadi kaki tangan
pengusaha/penguasa sekalipun. Karena pada
dasarnya karakter-karakter dari serikat buruh
yang disebutkan diatas lebih pada pengaruh
dari pimpinan-pimpinan serikat buruh
tersebut. Sementara di massa, seringkali jauh
lebih maju kesadaran dan keinginan untuk
berjuangnya.
Situasi Perjuangan Klas Buruh Saat Ini dan
Tugas Mendesaknya
Disadari bahwa mayoritas klas buruh bahkan
yang sudah berserikat sekalipun dan sudah
terlibat dalam berbagai perjuangan menuntut
kesejahteraan, terlibat dalam pemogokan,
belum memiliki kesadaran politik untuk
berkuasa dan menghapuskan sistem
kapitalisme. Mayoritas klas buruh belum
menyadari bahwa selain serikat buruh,
mereka membutuhkan partai politik klas
untuk meraih cita-cita perjuangan politik klas
buruh: “Buruh Berkuasa, Rakyat Sejahtera!”
Tetapi disisi lain, terdapat fakta bahwa di
kalangan pejuang-pejuang buruh,
sebagiannya duduk menjadi pimpinan-
pimpinan serikat buruh, sudah menyadari
akan kebutuhan ini. Hanya saja, usaha-usaha
serius untuk membangun sebuah kekuatan
politik klas buruh (partai politik klas buruh),
tidak dilakukan secara serius. Mayoritas
pejuang buruh yang sadar akan hal ini pun
larut pada pekerjaan hanya membangun
perjuangan serikat buruhnya. Tetapi,
sentuhan-sentuhan politik dalam perjuangan
ekonomi yang dilakukan (mogok lokal, mogok
nasional, menuntut penghapusan outsourcing
dan kontrak, menuntut jaminan sosial,
menolak RUU Kamnas dan RUU Ormas,
persatuan dan solidaritas sesama buruh/antar
serikat, bahkan mendukung calon-calon
dalam pilkada ataupun taktik menitipkan
calon mereka ke parpol dalam pemilu 2014
dan lain sebagainya) sebenarnya memberikan
lahan luas untuk mendorong maju gerakan
buruh dari gerakan serikat buruh menjadi
sebuah gerakan politik untuk membangun
sebuah partai politik klas buruh. Pekerjaan ini
tidak dapat ditunda-tunda lagi.
Pembangunan partai politik klas buruh tentu
saja pengerjaannya tidak seperti yang
dilakukan seperti “partai-partai buruh” yang
pernah dibentuk, yang tujuannya tak lebih
dari sekedar dapat ikut serta pemilu, dan
dapat ikut serta berkuasa (baca: menikmati
kekuasaan bersama kelas penindas lainnya)
dan bukan untuk menaikkan klas buruh
menjadi berkuasa dan menghapuskan sistem
ekonomi kapitalisme.
Organisasi politik klas buruh (partai klas
buruh) haruslah dibentuk bukan oleh
segelintir elit pimpinan serikat buruh yang
berkumpul, berkongres dan membentuk
partai. Melainkan harus dibangun dari
kesadaran gerakan perjuangan klas buruh
saat ini. Artinya, para pejuang buruh dan
buruh-buruh maju/sadar, dari serikat
manapun yang telah memiliki kesadaran akan
pentingnya membangun sebuah partai politik
klas buruh harus mulai berkumpul,
mendiskusikan secara bersama bagaimana
membangun organisasi politik ini dan
mengembangkannya secara luas kepada
anggota-anggota serikatnya yang paling aktif.
Persatuan klas buruh harus ditingkatkan dari
persatuan perjuangan serikat buruh menjadi
persatuan perjuangan untuk membangun
partai politik klas buruh.
Situasi terakhir, terdapat debat di kalangan
kawan-kawan pimpinan serikat buruh atas
dukung atau tidak mendukung calon yang
dianggap berpihak kepada kaum buruh
terutama di Bekasi, terkait pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat.
Kedepan menghadapi pemilu 2014, pastinya
banyak debat soal memasukkan atau tidak
memasukkan pimpinan-pimpinan serikat
buruh ke partai-parti politik yang ada untuk
menjadi anggota DPR/DPRD. Semuanya ini
akan sangat berguna jika saja kita sudah
memiliki sebuah organisasi politik, sehingga
akan ada kesatuan tindakan, dan manfaat
yang lebih jauh bagi gerakan atas pilihan-
pilihan ini. Oleh karena terlepas dari debat
diatas, kenyataan ini semakin menunjukkan
bahwa pembangunan sebuah partai politik
klas buruh harus segera dilakukan. Seluruh
pejuang-pejuang buruh dan pejuang rakyat
lainnya yang tersebar di berbagai serikat
buruh dan organisasi rakyat di masing-
masing kota harus segera bertemu
merumuskan bagaimana mengawali langkah
pembangunan partai politik klas buruh ini.
Pernah diterbitkan dalam “Kibar Juang” edisi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
sukristiawan.com:Tolak Perppu Ciptaker, Buruh Ancam Gelar Aksi Besar
Tolak Perppu Ciptaker, Buruh Ancam Gelar Aksi Besar Azhar Ferdian Senin, 02/01/2023 | 00:01 WIB Ilustrasi/Net INDOPOLITIKA.COM – Partai Bur...
-
Inilah Daftar Ribuan Nama Indonesia Di Panama Papers (Alphabetical Order) Inilah Daftar 2.961 Nama Indonesia Di “Panama Papers” (Alphabet...
-
Belajar Bareng Alie belajar menggemari belajar ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar