Senin, 19 Oktober 2015

sukristiawan.com:Ambrukya raksasa elektroknik jepang ini penyebabnya

IKUT BERDUKA UTK TEMAN2 NEGERI SAKURA
The DEATH of SAMURAI - Robohnya Sony,
Panasonic, Sharp, Toshiba dan Sanyo. Hari-hari
ini, langit diatas kota Tokyo terasa begitu kelabu.
Ada kegetiran yang mencekam dibalik gedung-
gedung raksasa yang menjulang disana. Industri
elektronika mereka yang begitu digdaya 20 tahun
silam, pelan-pelan memasuki lorong kegelapan
yang terasa begitu perih.Bulan lalu, Sony diikuti
Panasonic dan Sharp mengumumkan angka
kerugian trilyunan rupiah. Harga-harga saham
mereka roboh berkeping-keping. Sanyo bahkan
harus rela menjual dirinya lantaran sudah hampir
kolaps. Sharp berencana menutup divisi AC dan TV
Aquos-nya. Sony dan Panasonic akan mem-PHK
ribuan karyawan mereka. Dan Toshiba? Sebentar
lagi divisi notebook-nya mungkin akan bangkrut
(setelah produk televisi mereka juga mati). Adakah
ini pertanda salam sayonara harus
dikumandangkan? Mengapa kegagalan demi
kegagalan terus menghujam industri elektronika
raksasa Jepang itu? Di pagi ini, kita akan coba
menelisiknya. Serbuan Samsung dan LG itu
mungkin terasa begitu telak. Di mata orang
Jepang, kedua produk Korea itu tampak seperti
predator yang telah meremuk-redamkan mereka di
mana-mana. Di sisi lain, produk-produk
elektronika dari China dan produk domestik dengan
harga yang amat murah juga terus menggerus
pasar produk Jepang. Lalu, dalam kategori digital
gadgets, Apple telah membuat Sony tampak
seperti robot yang bodoh dan tolol. What went
wrong? Kenapa perusahaan-perusahaan top
Jepang itu jadi seperti pecundang? Ada tiga faktor
penyebab fundamental yang bisa kita petik sebagai
pelajaran.
Faktor 1 : Harmony Culture Error. Dalam era digital
seperti saat ini, kecepatan adalah kunci. Speed in
decision making. Speed in product development.
Speed in product launch. Dan persis di titik vital
ini, perusahaan Jepang termehek-mehek lantaran
budaya mereka yang mengagungkan harmoni dan
konsensus. Datanglah ke perusahaan Jepang, dan
Anda pasti akan melihat kultur kerja yang sangat
mementingkan konsensus. Top manajemen Jepang
bisa rapat berminggu-minggu sekedar untuk
menemukan konsensus mengenai produk apa
yang akan diluncurkan. Dan begitu rapat mereka
selesai, Samsung atau LG sudah keluar dengan
produk baru, dan para senior manajer Jepang itu
hanya bisa melongo. Budaya yang mementingkan
konsensus membuat perusahaan-perusahaan
Jepang lamban mengambil keputusan (dan dalam
era digital ini artinya tragedi). Budaya yang
menjaga harmoni juga membuat ide-ide kreatif
yang radikal nyaris tidak pernah bisa mekar.
Sebab mereka keburu mati : dijadikan tumbal demi
menjaga “keindahan budaya harmoni”.
Faktor 2 : Seniority Error. Dalam era digital, inovasi
adalah oksigen. Inovasi adalah nafas yang terus
mengalir. Sayangnya, budaya inovasi ini tidak
kompatibel dengan budaya kerja yang
mementingkan senioritas serta budaya sungkan
pada atasan. Sialnya, nyaris semua perusahaan-
perusahaan Jepang memelihara budaya senioritas.
Datanglah ke perusahaan Jepang, dan hampir pasti
Anda tidak akan menemukan Senior Managers
dalam usia 30-an tahun. Never. Istilah Rising
Stars dan Young Creative Guy adalah keanehan.
Promosi di hampir semua perusahaan Jepang
menggunakan metode urut kacang. Yang tua pasti
didahulukan, no matter what. Dan ini dia: di
perusahaan Jepang, loyalitas pasti akan sampai
pensiun. Jadi terus bekerja di satu tempat sampai
pensiun adalah kelaziman. Lalu apa artinya semua
itu bagi inovasi ? Kematian dini. Ya, dalam budaya
senioritas dan loyalitas permanen, benih-benih
inovasi akan mudah layu, dan kemudian semaput.
Masuk ICU lalu mati.
Faktor 3 : Old Nation Error. Faktor terakhir ini
mungkin ada kaitannya dengan faktor kedua. Dan
juga dengan aspek demografi. Jepang adalah
negeri yang menua. Maksudnya, lebih dari separo
penduduk Jepang berusia diatas 50 tahun.
Implikasinya : mayoritas Senior Manager di
beragam perusahaan Jepang masuk dalam
kategori itu. Kategori karyawan yang sudah menua.
Disini hukum alam berlaku. Karyawan yang sudah
menua, dan bertahun-tahun bekerja pada
lingkungan yang sama, biasanya kurang peka
dengan perubahan yang berlangsung cepat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sukristiawan.com:Tolak Perppu Ciptaker, Buruh Ancam Gelar Aksi Besar

Tolak Perppu Ciptaker, Buruh Ancam Gelar Aksi Besar Azhar Ferdian Senin, 02/01/2023 | 00:01 WIB Ilustrasi/Net INDOPOLITIKA.COM  – Partai Bur...