Minggu, 04 Oktober 2015

sukristiawan.com:Sukarno dan Analogi Dasamuka Bermulut Sepuluh hal kapitalis

Sukarno Dan Analogi ‘Dasamuka Bermulut Sepuluh’
5 Oktober 2015 | 10:51 WIB | 66 Views

Dokumen visi-misi Jokowi-JK, yang sangat terang-benderang mengusung Trisakti, mungkin sudah dimasukkan ke laci dan dilupakan.

Buktinya, sudah hampir setahun berkuasa, kerja-kerja pemerintah Jokowi-JK tidak menunjukkan semangat Trisakti. Sebaliknya, pemerintah all out untuk memanggil investor asing agar berduyung-duyung menanamkan modalnya di Indonesia.

Kerja Jokowi tidak sia-sia. Laporan World Investment Report 2015 menyebutkan, penanaman modal asing (PMA) di Indonesia tumbuh 20 persen. Angka itu menempatkan pertumbuhan PMA di Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara.

Tetapi, rupanya, itu belum cukup. Sejak beberapa bulan lalu, Jokowi menggelontorkan banyak sekali kebijakan untuk menarik minat investor asing. Diantaranya: pemberian insentif pajak seperti tax allowance dan tax holiday.

Tidak cukup juga, dengan dalih menghadapi krisis ekonomi, Jokowi meluncurkan paket deregulasi. Tujuannya paket deregulasi itu adalah menghilangkan semua aturan hukum/birokrasi yang merintangi kebebasan dan kepentingan investasi. Ada ratusan regulasi yang dianggap merintangi investasi dirombak.

Belum cukup juga, melalui Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) jilid II, pemerintah memberikan layanan cepat dalam pemberian izin investasi dalam waktu tiga jam di Kawasan Industri. Juga dukungan berbagai insentif dan fasilitas untuk memudahkan investor memulai dan menjalankan bisnisnya.

Terlihat jelas, Jokowi menjadikan investasi sebagai panglima dalam kebijakan ekonomi dan politiknya. Semua kebijakan ekonomi dan politik diabdikan pada kepentingan investor. Sekalipun, banyak diantara kebijakan itu yang merugikan kepentingan nasional dan mengorbankan kepentingan rakyat.

Melihat fenomena di atas, saya teringat pada risalah Sukarno di tahun 1933. Risalah itu berjudul: Mencapai Indonesia Merdeka. Melalui risalah itu, Sukarno membedah esensi dan kejahatan imperialisme modern terhadap rakyat Indonesia. Di bagian kedua risalah itu dia bercerita tentang imperialisme yang menyerupai “Rahwana Dasamuka yang bermulut sepuluh.”

Di bagian itu Sukarno menulis: “Sejak adanya openduer-politik (baca: politik pintu terbuka) di dalam tahun 1905, maka modal yang boleh masuk ke Indonesia dan mencari rezeki di Indonesia bukanlah lagi modal Belanda saja, tetapi juga modal Inggris, juga modal Amerika, juga modal Jepang, juga modal Jerman, juga modal Perancis, juga modal Italia, juga modal lain-lain, sehingga imperialisme di Indonesia kini adalah imperialisme yang internasional karenanya. Raksasa biasa yang dulu berjengkelitan di atas padang kerezekian Indonesia, kini sudah menjadi Rahwana Dasamuka yang bermulut sepuluh.”

Menarik juga analogi “dasamuka bermulut sepuluh” ini. Dalam mitologi Hindu, Rahwana atau Dasamuka digambarkan sebagai raksasa yang sangat jahat. Dengan analogi itu, Sukarno mau menggambarkan bahwa imperialisme adalah sistim ekonomi-politik yang sangat jahat.

Dalam risalahnya itu, Soekarno mengulas panjang lebar tentang perbedaan imperialisme kuno dan modern. Imperialisme kuno, yang mengambil bentuknya pada Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) dan proyek Cultural Stelsel, disamping bersandar pada cara produksi kuno dan kecil-kecilan, juga mengandalkan kekerasan dan perampasan dalam proses akumulasinya. Pada masanya, kata Sukarno, imperialisme modern hanya menjadikan Indonesia sebagai tempat pengambilan barang-barang, terutama pala, cengkeh, merica, kayu manis, dan nila.

Sedangkan imperialisme modern menggunakan pendekatan yang ‘halus’ dan ‘sopan’, dengan empat ciri pokoknya: pertama, menjadikan Indonesia sebagai tempat pengambilan bekal hidup; kedua, menjadikan indonesia sebagai negeri tempat pengambilan bekal-bekal (bahan baku) bagi pabrik-pabrik di eropa; ketiga, menjadikan Indonesia sebagai pasar penjualan barang-barang hasil dari berbagai industri di eropa; dan keempat, menjadikan Indonesia sebagai tempat atau lapang usaha bagi penanaman modal asing.

Sukarno

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sukristiawan.com:Tolak Perppu Ciptaker, Buruh Ancam Gelar Aksi Besar

Tolak Perppu Ciptaker, Buruh Ancam Gelar Aksi Besar Azhar Ferdian Senin, 02/01/2023 | 00:01 WIB Ilustrasi/Net INDOPOLITIKA.COM  – Partai Bur...