Sejarah dan Pengaruh Kapitalisme bagi Indonesia
Studi Strategis Indonesia 1 – Week 8
Nama Kelompok :
- Dwi Suta Mentari R 071311233034
- Amalia Mastur 071311233036
- Alifia Safira 071311233067
- Pelangine P.D. 071311233094
Sejarah dan Pengaruh Kapitalisme bagi Indonesia
Kapitalisme
yang berkembang di Indonesia, pada awalnya merupakan pengadopsian dari
kapitalisme yang telah berkembang terlebih dahulu di wilayah Eropa.
Kapitalisme Indonesia lahir bukan dari kemauan dan usaha dari bangsa
Indonesia. Namun, kapitalisme di Indonesia lahir dari pemaksaan oleh
negeri Belanda yang merupakan negeri yang menjajah Indonesia selama
kurang lebih 300 tahun. Oleh karena itu kapitalisme Indonesia yang
tengah berkembang waktu itu tergolong masih muda, produksi dan
pemusatannya belum mencapai tingkat yang semestinya. Hal ini jauh
berbeda dengan kapitalisme di Eropa dan Amerika Utara yang merupakan
negeri kapitalis yang matang, tenaga produksi dan distribusinya jauh
melewati batas keperluan nasional (Malaka, 2008:46).
Kapitalisme
di Indonesia menghasilkan jarak pemisah antara kota dengan desa. Makin
maju kapitalisme, makin menarik penduduk desa ke kota. Sehingga, pulau
Jawa yang merupakan pusat wilayah perindustrian pada jaman penjajahan
Belanda juga menjadi pusat peradapan masyarakat Indonesia. Sebagian
besar penduduk Indonesia berdiam di pulau Jawa. Selain dipengaruhi oleh
Belanda, kapitalisme di Indonesia juga dipengaruhi oleh Inggris. Hal ini
dikarenakan Inggris merupakan negara kapitalis terbesar di dunia pada
waktu itu. Sehingga, kepitalisme Inggris mengalir ke banyak penjuru
dunia, termasuk Indonesia. Masuknya kapitalisme Inggris dapat dilihat
dari jumlah ekspor pada Indonesia pada tahun 1924, 42,55% pergi ke tanah
Inggris dan daerah jajahannya, barulah 19,7% yang masuk ke tanh Belanda
sendiri (Malaka, 2008:53). Selain itu, pengaruh dari kapitalisme
Inggris juga dapat dilihat dari beberapa kebijakan pemerintah Inggris
melalui Raffles yang diterapkan di Indonesia. Sehingga dapat dikatakan
bahwa kapitalisme Indonesia pada awalnya hanya merupakan kepentingan
dari negara hegemon, kaum penjajah dan golongan atas yang merupakan kaki
tangan penjajah. Walaupun kapitalisme ini membawa beberapa dampak
positif seperti menjadi dikenalnya sistem perindustrian yang modern oleh
penduduk pribumi, namun kapitalisme memberikan dampak negatif yang
lebih besar seperti perbudakan dan pengeksploitasian.
Pasca
Indonesia merdeka, perkembangan kapitalisme di Indonesia menjadi subur
dan bertingkat menjadi fase imperialisme modern. Imperialisme modern
dipandang sebagai suatu politik, yang memasukkan elemen-elemen kapital
ke dalam Indonesia sebagai tanah jajahan, untuk mendirikan
bangunan-bangunan budaya di negeri ini, yang sifatnya memajukan budaya
(Soekarno, 2001:58). Bentuk perkembangan kapitalisme diawali dengan
masuknya modal-modal asing yang memang sebelumnya sudah berada di
Indonesia seperti Amerika, Inggris, Belanda dan beberapa negara Eropa
lainnya. Namun, hal tersebut mengakibatkan kesenjangan antara masyarakat
yang memiliki modal dengan yang tidak memiliki modal sehingga
menyebabkan industri asli pribumi yang modern tidak ada (Malaka,
2008:54).
Pada
masa Orde Baru, efek kapitalisme paling kentara dirasakan oleh beberapa
pihak. Soeharto berfokus pada spesifikasi sistem hirearki mengenai social and political power,
dimana Soeharto menggunakan kekuasaan negara untuk mengeluarkan dan
menekan kepentingan tertentu (Robinson & Hadiz, 2004: 44).
Imperialisme modern yang merupakan fase lanjutan kapitalisme yang
digadang-gadang untuk memajukan pembangunan ekonomi serta budaya. Adanya
sistem pemerintahan yang otoriter menimbulkan kesan bahwa masa
pemerintahan Soeharto terkesan seperti pemerintahan oligarkhi dimana
orang-orang di golongan atas mampu mengeksploitasi golongan bawah dengan
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya (Robinson & Hadiz 2004: 2).
Contohnya, Banyaknya modal yang masuk membuat soeharto memakai uang
tersebut bukan lagi untuk rakyat melainkan untuk kepentingannya sendiri.
Yaitu disaat kasus masuknya para pebisnis cina yang menjadi salah satu
keuntungan tersendiri untuk Soeharto, sehingga disaat para kelompok
pebisnis cina tersebut masuk untuk memenakan tender sebesar 61 juta
hektar hutan tanpa adanya transparansi dari pihak Direktorat Kehutanan
(Robinson & Hadiz, 2004: 56). Disamping itu, dengan kebijakannya,
pemerintah Indonesia juga membuka peluang bagi investor-investor asing
untuk mengekspansi bisnisnya di Indonesia. Memang seketika memberikan
keuntungan sesaat bagi Indonesia, namun hal ini tentu membeeikan dampak
jangka panjang dimana nantinya investor-investor asing akan terus
memonopoli perekonomian Indonesia. Contoh realnya ialah pertambangan
milik Freeport di Papua. Pihak Amerika lah yang diuntungkan disini,
walaupun Tanah Papua sangat kaya sumber daya pertambangan, tapi
ironisnya, masyarakat Papua masih hidup dalam kemiskinan, kebodohan, dan
keterbelakangan (Numberi, 2013). Krisis ekonomi dan inflasi pda tahun
1997-1998 menjadi bukti betapa rusaknya tatanan pemerintahan yang
terkesan oligarkhi tersebut di Indonesia, terutama dalam bidang ekonomi
sendiri. Runtuhnya era Orde Baru pada tahun 1998 dan dimulainya era
Reformasi tidak mengubah pandangan kapitalisme di Indonesia secara
signifikan. Pada kenyataannya hingga saat ini produk-produk luar negeri
tetap mendominasi pasar perdagangan di Indonesia. Perusahaan-perusahaan
asing baru-baru ini memperpanjang kontraknya di Indonesia sampai dengan
tahun 2041 (Numberi, 2013).
Melalui penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem kapitalisme
di Indonesia berakar dari era kolonialisme Eropa yang sempat
memanfaatkan sumber-sumber kekayaan Indonesia dan memperbudak rakyat
Indonesia. Perkembangan kapitalisme di Indonesia secara tidak langsung
telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan bangsa baik dari segi
politik ataupun ekonomi, seperti yang diperlihatkan oleh era Orde Baru.
Kapitalisme bisa berupa apa saja dan mempengaruhi apa saja. Di satu sisi
kapitalisme telah membawa Indonesia menjadi negara yang lebih
berkembang, namun disisi lainnya, kapitalisme dapat membuat orang
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan yang
sebesar-besarnya. Kapitalisme dapat menjadi senjata makan tuan yang
apabila tidak dapat dikontrol akan memberikan dampak negatif. Seperti
yang terjadi pada masa Soeharto, semangat kapitalisme telah merangsang
Presiden untuk melakukan pembangunan terus menerus. Akibatnya, Presiden
mencari pinjaman melalui IMF atau negara lain hingga hutang negara makin
menumpuk. Kapitalisme dapat membentuk perilaku konsumtif serta dapat
memberikan efek ketergantungan pada kaum pemilik modal. Kapitalisme
memang masih terus eksis dalam lingkup domestik ataupun sistem
internasional, kapitalisme juga bukan merupakan fenomena yang dapat
dihindari. Namun penulis berpendapat bahwa yang sekarang perlu dilakukan
adalah mengontrol perilaku kapitalisme agar jalur dari pada pemikiran
ini tidak menggeserkan nilai-nilai Pancasila yang telah tertanam pada
diri Indonesia.
Referensi :
Ir. Soekarno. 2001. “Imperialisme di Indonesia”, dalam Indonesia Menggugat, Yogyakarta: Yayasan untuk Indonesia, pp.37-88
Malaka, Tan, 2008. Kapitalisme Indonesia, dalam Aksi Massa. Yogyakarta: Penerbit Narasi, pp 45- 54.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar