Minggu, 12 Oktober 2014

Sejarah dan Pengaruh Kapitalisme bagi Indonesia

Studi Strategis Indonesia 1 – Week 8
Nama Kelompok :
  1. Dwi Suta Mentari R    071311233034
  2. Amalia Mastur            071311233036
  3. Alifia Safira                071311233067
  4. Pelangine P.D.            071311233094
Sejarah dan Pengaruh Kapitalisme bagi Indonesia
Kapitalisme yang berkembang di Indonesia, pada awalnya merupakan pengadopsian dari kapitalisme yang telah berkembang terlebih dahulu di wilayah Eropa. Kapitalisme Indonesia lahir bukan dari kemauan dan usaha dari bangsa Indonesia. Namun, kapitalisme di Indonesia lahir dari pemaksaan oleh negeri Belanda yang merupakan negeri yang menjajah Indonesia selama kurang lebih 300 tahun. Oleh karena itu kapitalisme Indonesia yang tengah berkembang waktu itu tergolong masih muda, produksi dan pemusatannya belum mencapai tingkat yang semestinya. Hal ini jauh berbeda dengan kapitalisme di Eropa dan Amerika Utara yang merupakan negeri kapitalis yang matang, tenaga produksi dan distribusinya jauh melewati batas keperluan nasional (Malaka, 2008:46). 
Kapitalisme di Indonesia menghasilkan jarak pemisah antara kota dengan desa. Makin maju kapitalisme, makin menarik penduduk desa ke kota. Sehingga, pulau Jawa yang merupakan pusat wilayah perindustrian pada jaman penjajahan Belanda juga menjadi pusat peradapan masyarakat Indonesia. Sebagian besar penduduk Indonesia berdiam di pulau Jawa. Selain dipengaruhi oleh Belanda, kapitalisme di Indonesia juga dipengaruhi oleh Inggris. Hal ini dikarenakan Inggris merupakan negara kapitalis terbesar di dunia pada waktu itu. Sehingga, kepitalisme Inggris mengalir ke banyak penjuru dunia, termasuk Indonesia. Masuknya kapitalisme Inggris dapat dilihat dari jumlah ekspor pada Indonesia pada tahun 1924, 42,55% pergi ke tanah Inggris dan daerah jajahannya, barulah 19,7% yang masuk ke tanh Belanda sendiri (Malaka, 2008:53). Selain itu, pengaruh dari kapitalisme Inggris juga dapat dilihat dari beberapa kebijakan pemerintah Inggris melalui Raffles yang diterapkan di Indonesia. Sehingga dapat dikatakan bahwa kapitalisme Indonesia pada awalnya hanya merupakan kepentingan dari negara hegemon, kaum penjajah dan golongan atas yang merupakan kaki tangan penjajah. Walaupun kapitalisme ini membawa beberapa dampak positif seperti menjadi dikenalnya sistem perindustrian yang modern oleh penduduk pribumi, namun kapitalisme memberikan dampak negatif yang lebih besar seperti perbudakan dan pengeksploitasian.
Pasca Indonesia merdeka, perkembangan kapitalisme di Indonesia menjadi subur dan bertingkat menjadi fase imperialisme modern. Imperialisme modern dipandang sebagai suatu politik, yang memasukkan elemen-elemen kapital ke dalam Indonesia sebagai tanah jajahan, untuk mendirikan bangunan-bangunan budaya di negeri ini, yang sifatnya memajukan budaya (Soekarno, 2001:58). Bentuk perkembangan kapitalisme diawali dengan masuknya modal-modal asing yang memang sebelumnya sudah berada di Indonesia seperti Amerika, Inggris, Belanda dan beberapa negara Eropa lainnya. Namun, hal tersebut mengakibatkan kesenjangan antara masyarakat yang memiliki modal dengan yang tidak memiliki modal sehingga menyebabkan industri asli pribumi yang modern tidak ada (Malaka, 2008:54).
Pada masa Orde Baru, efek kapitalisme paling kentara dirasakan oleh beberapa pihak. Soeharto berfokus pada spesifikasi sistem hirearki mengenai social and political power, dimana Soeharto menggunakan kekuasaan negara untuk mengeluarkan dan menekan kepentingan tertentu (Robinson & Hadiz, 2004: 44). Imperialisme modern yang merupakan fase lanjutan kapitalisme yang digadang-gadang untuk memajukan pembangunan ekonomi serta budaya. Adanya sistem pemerintahan yang otoriter menimbulkan kesan bahwa  masa pemerintahan Soeharto terkesan seperti pemerintahan oligarkhi dimana orang-orang di golongan atas mampu mengeksploitasi golongan bawah dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya (Robinson & Hadiz 2004: 2). Contohnya, Banyaknya modal yang masuk membuat soeharto memakai uang tersebut bukan lagi untuk rakyat melainkan untuk kepentingannya sendiri. Yaitu disaat kasus masuknya para pebisnis cina yang menjadi salah satu keuntungan tersendiri untuk Soeharto, sehingga disaat para kelompok pebisnis cina tersebut masuk untuk memenakan tender sebesar 61 juta hektar hutan tanpa adanya transparansi dari pihak Direktorat Kehutanan (Robinson & Hadiz, 2004: 56). Disamping  itu, dengan kebijakannya, pemerintah Indonesia juga membuka peluang bagi  investor-investor asing untuk mengekspansi bisnisnya di Indonesia. Memang seketika memberikan keuntungan sesaat bagi Indonesia, namun hal ini tentu membeeikan dampak jangka panjang dimana nantinya investor-investor asing akan terus memonopoli perekonomian Indonesia. Contoh realnya ialah pertambangan milik  Freeport di Papua. Pihak Amerika lah yang diuntungkan disini, walaupun Tanah Papua sangat kaya sumber daya pertambangan, tapi ironisnya, masyarakat Papua masih hidup dalam kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan (Numberi, 2013). Krisis ekonomi dan inflasi pda tahun 1997-1998 menjadi bukti betapa rusaknya tatanan pemerintahan yang terkesan oligarkhi tersebut di Indonesia, terutama dalam bidang ekonomi sendiri. Runtuhnya era Orde Baru pada tahun 1998 dan dimulainya era Reformasi tidak mengubah pandangan kapitalisme di Indonesia secara signifikan. Pada kenyataannya hingga saat ini produk-produk luar negeri tetap mendominasi pasar perdagangan di Indonesia. Perusahaan-perusahaan asing baru-baru ini memperpanjang kontraknya di Indonesia sampai dengan tahun 2041 (Numberi, 2013).
            Melalui penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem kapitalisme di Indonesia berakar dari era kolonialisme Eropa yang sempat memanfaatkan sumber-sumber kekayaan Indonesia dan memperbudak rakyat Indonesia. Perkembangan kapitalisme di Indonesia secara tidak langsung telah mempengaruhi  berbagai aspek kehidupan bangsa baik dari segi politik ataupun ekonomi, seperti yang diperlihatkan oleh era Orde Baru. Kapitalisme bisa berupa apa saja dan mempengaruhi apa saja. Di satu sisi kapitalisme telah membawa Indonesia menjadi negara yang lebih berkembang, namun disisi lainnya, kapitalisme dapat membuat orang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Kapitalisme dapat menjadi senjata makan tuan yang apabila tidak dapat dikontrol akan memberikan dampak negatif. Seperti yang terjadi pada masa Soeharto, semangat kapitalisme telah merangsang Presiden untuk melakukan pembangunan terus menerus. Akibatnya, Presiden mencari pinjaman melalui IMF atau negara lain hingga hutang negara makin menumpuk. Kapitalisme dapat membentuk perilaku konsumtif serta dapat memberikan efek ketergantungan pada kaum pemilik modal. Kapitalisme memang masih terus eksis dalam lingkup domestik ataupun sistem internasional, kapitalisme juga bukan merupakan fenomena yang dapat dihindari. Namun penulis berpendapat bahwa yang sekarang perlu dilakukan adalah mengontrol perilaku kapitalisme agar jalur dari pada pemikiran ini tidak menggeserkan nilai-nilai Pancasila yang telah tertanam pada diri Indonesia.
Referensi :
Ir. Soekarno. 2001. “Imperialisme di Indonesia”, dalam Indonesia Menggugat, Yogyakarta: Yayasan untuk Indonesia, pp.37-88
Malaka, Tan, 2008. Kapitalisme Indonesia, dalam Aksi Massa. Yogyakarta: Penerbit Narasi, pp 45-          54.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

sukristiawan.com:Tolak Perppu Ciptaker, Buruh Ancam Gelar Aksi Besar

Tolak Perppu Ciptaker, Buruh Ancam Gelar Aksi Besar Azhar Ferdian Senin, 02/01/2023 | 00:01 WIB Ilustrasi/Net INDOPOLITIKA.COM  – Partai Bur...